Krisis Pasokan Listrik Indonesia
Apakah yang dimaksudkan dengan krisis pasokan listrik?
Krisis pasokan listrik adalah segala macam gangguan yang terjadi dalam proses penyediaan maupun konsumsi listrik bagi publik.Gangguan dapat berupa kesenjangan antara supply (pasokan) dan demand (permintaan) maupun gangguan teknis yang disebabkan oleh rendahnya kualitas pembangkit dan jaringan listrik.
Bagaimana tren konsumsi listrik Indonesia hingga kini?
Konsumsi listrik di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan 10 – 15 % per tahun. Terjadi peningkatan listrik di sektor rumah tangga, dari sekitar 24.000 SBM di tahun 1999 menjadi 33.000 SBM pada tahun 2003. Di sektor industri sendiri tercatat kenaikan dari 19.000 SBM pada tahun 1999, menjadi 22.000 SBM di tahun 2003.SBM = Satuan Barel Minyak —> gas dan batubara dikonversi juga ke minyak.
Bagaimana tren konsumsi listrik Indonesia di masa yang akan datang?
Konsumsi listrik rumah tangga akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Jadi semakin tinggi daya beli dan konsumsi publik, maka makin tinggi pula tingkat penggunaan listriknya. Hingga saat ini, tercatat baru 70% rumah tangga di Indonesia yang memiliki akses listrik. Sisanya merupakan pengguna listrik potensial di masa yang akan datang.Krisis listrik apakah yang akan terjadi dalam waktu dekat ini?
Dengan melihat besarnya kebutuhan listrik di Pulau Jawa serta kebutuhan perbaikan jaringan pasokan listrik, diperkirakan Jawa dan Bali masih akan mengalami pemadaman listrik bergilir pada malam dan sore hari. PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta dan Tangerang sendiri telah meminta masyarakat hemat listrik sejak 23 Mei 2005 sehubungan pengurangan pasokan listrik hingga 267 megawatt (MW).sumber: www.djlpe.go.id
Pentingnya Efisiensi Konsumsi Listrik
Masalah terberat apakah yang bisa muncul dari krisis listrik Indonesia?
Dua akibat utama yang muncul adalah ketidakseimbangan pasokan listrik antar pulau, polusi, dan inefisiensi penggunaan sumber daya alam berbahan bakar fosil.Apakah yang terjadi dalam ketidakseimbangan pasokan listrik?
Ketidakseimbangan permintaan listrik dan pasokannya juga menimbulkan masalah. Krisis penyediaan listrik di beberapa wilayah di luar Jawa, seperti Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan beberapa daerah lainnya adalah contoh nyata. Sebaliknya, pasokan listrik di Jawa cukup berlebih dengan banyaknya pembangkit yang dibangun.Bagaimanakah kondisi lingkungan berkaitan dengan pengadaan listrik di Indonesia?
Fakta bahwa kebanyakan pembangkit listrik di Indonesia memakai bahan bakar fosil menunjukkan bahwa sektor ketenagalistrikan berpotensi menjadi salah satu penyumbang terbesar emisi karbondioksida di Indonesia bahkan di kawasan Asia Pasifik. World Resources Institute (WRI) dalam analisisnya menempatkan Indonesia pada peringkat ke-21 penghasil emisi karbondioksida tertinggi di dunia tahun 2000. Emisi karbondioksida Indonesia yang dihasilkan sektor energi saja mencapai 1,2% emisi karbondioksida dunia keseluruhan (78 juta ton CO2). Sedangkan jumlah emisi karbondioksida per orang di Indonesia adalah 0,4 ton, atau berada pada peringkat 108 dunia.Mengapa pemerintah belum bisa menyediakan listrik secara efisien dan bersih?
Pemerintah Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan listrik rakyat terutama karena minimnya dana untuk membangun infrastruktur ketenagalistrikan.Penyebab minimnya dana itu adalah besarnya beban keuangan PT PLN (Persero) untuk membeli bahan bakar minyak sebagai sumber energi pembangkit. Di samping itu, harga jual listrik di beberapa kelompok konsumen masih berada di bawah harga produksi PLN. Akibatnya, kondisi keuangan PT PLN masih dalam status defisit
Solusi apakah yang sebaiknya dilakukan dalam masalah krisis listrik ini?
Permasalahan krisis listrik tersebut harus ditangani dari kedua sisi: penyediaan dan permintaan. Dalam memperbaiki sisi penyediaan tenaga listrik, pemerintah perlu memprioritaskan program untuk meningkatkan efisiensi pembangkit, menghilangkan kebocoran di transmisi, dan menerapkan good corporate governance(tata kelola korporasi yang baik).Sementara, dalam mengelola sisi permintaan listrik, konsumen harus ikut berperan serta, baik melakukan penghematan pemakaian listrik dan berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijakan listrik.
EARTH HOUR Indonesia
Kenapa dimulai di Jakarta?
Konsumsi energi Listrik di Indonesia terfokus di Jawa – Bali atau sebesar 78% dari total keseluruhan konsumsi listrik nasional, karena 68% konsumennya berada di pulau Jawa-Bali. Bagian Indonesia yang lain mendapatkan porsi yang lebih kecil.Berdasarkan data konsumsi listrik tahun 2008, total 29.605 GWH atau 23% total konsumsi listrik Indonesia, terfokus di DKI Jakarta dan Tangerang.
Pendistribusiannya ke beberapa sektor terbagi menjadi:
- Rumah tangga:33%
- Bisnis/perkantoran serta gedung komersial: 30%
- Sektor industri: 30% (kebanyakan di wilayah Tangerang)
- Gedung pemerintahan: 3%
- Fasilitas publik dan sektor sosial: 4%
Seberapa besar pengaruh EARTH HOUR bagi Jakarta?
Dengan mematikan lampu-lampu dan alat elektronik yang tidak terpakai selama 1 jam dapat memberikan kontribusi kepada penghematan listrik di Jakarta serta mendukung program efisiensi energi yang diinisiasi pemerintah pada pukul 17.00 – 22.00.Apabila 10% penduduk Jakarta** berpartisipasi dalam EARTH HOUR, maka Jakarta dapat menghemat konsumsi listriknya sebesar 300MWh, yakni setara dengan:
- Mematikan 1 pembangkit listrik dan menyalakan sekitar 900 desa
- Mengurangi 267,3 ton CO2
- Daya serap lebih dari 267 pohon (1 pohon mampu menyerap 1 ton CO2 dalam 20 tahun masa hidupnya)
- Persediaan O2 untuk lebih dari 534 orang (1 pohon mampu memberikan O2 bagi 2 orang dalam 20 tahun masa hidupnya)
- Apabila (300MWh = 1.080.000MJ) X Rp 200/MJ = menghemat biaya listrik hingga Rp 216.600.000,-
No comments:
Post a Comment